Pikullah Salib-mu
(Apakah salib-Nya, salib kita, atau keduanya yang berperan dalam keselamatan kita?)
(Apakah salib-Nya, salib kita, atau keduanya yang berperan dalam keselamatan kita?)
Matius 10:37-39
Hari ini, kita
melanjutkan pembahasan kita mengenai ajaran Yesus di Matius pasal 10. Di pesan
yang lalu, kita mempelajari Matius 10:34-36, dan kita telah melihat apa yang
Yesus maksudkan ketika Dia berkata, "Aku datang bukan untuk membawa
damai, melainkan pedang." Kita telah melihat bahwa pedang yang
dimaksud itu adalah salib, bahwa Yesus datang membawa salib ke dunia.
Apa hubungan
salib kita dengan salib Kristus?
Di Matius pasal
10, ayat 37 berkata, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku" ini berkaitan dengan hal kelayakan.
Di pesan ini kita akan membahas ayat 38-39, "Barangsiapa tidak memikul
salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan memperolehnya."
Di pesan yang
lalu, kita melihat keajaiban dari salib Kristus. Kita melihat bahwa, hanya
melalui salib-Nya dan juga darah yang mengalir di salib-Nya itu, maka kita bisa
memperoleh keselamatan kita. Di pesan itu kita memusatkan perhatian pada salib
Kristus saja, pada karya keselamatan-Nya. Akan tetapi bagaimana karya
keselamatan ini bisa menjadi efektif di dalam hidup saya dan hidup Anda?
Salib-Nya sungguh ajaib dan darah-Nya dapat menghapuskan dosa. Akan tetapi
bagaimana salib itu bisa menyelamatkan saya?
Jika salib Kristus
menyelamatkan saya, lalu mengapa Yesus berkata, "Barangsiapa tidak
memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku"
(Luk 14:27)? Bagaimana cara untuk memadukan kedua hal tersebut? Salib-Nyakah
yang menyelamatkan saya, atau saya juga harus memikul salib saya? Dia tidak
berkata, "Kamu boleh memikul atau tidak memikul salibmu, sesuka hatimulah,
asal kamu percaya pada-Ku, maka tak ada masalah." Dia berulangkali
berkata, "Jika, dan hanya jika, kamu memikul salibmu, baru kamu bisa
menjadi milik-Ku sebagai murid-Ku." Dia berkata, "Barangsiapa"
(ini berarti ayat ini ditujukan kepada semua orang), "tidak memikul
salibnya, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." Kita sebelumnya juga sudah
melihat bahwa kata "murid" tidak mengacu hanya pada orang-orang yang
terpilih di tengah Gereja. (Kata murid menunjuk kepada semua orang Kristen di
dalam Alkitab. Sebelum mereka disebut sebagai "orang Kristen", mereka
disebut sebagai "murid-murid." Dan baru belakangan di Antiokhia para
murid itu disebut sebagai "orang Kristen" oleh orang dunia.) Nah,
jika demikian halnya, berarti kita terjepit di antara salib Kristus dan salib
yang kita pikul. Kita ini berdiri di mana?
Di zaman sekarang
ini, pada umumnya kita diberitahu bahwa salib Kristus, dan hanya itu saja, yang
menyelamatkan kita. Jika memang begitu, maka kita tidak memerlukan lagi ajaran
Yesus yang menyuruh kita untuk memikul salib. Tidak heran jika banyak penginjil
zaman sekarang yang tidak tahu harus berbuat apa dengan ayat-ayat ini. Kita
diberitahu bahwa kita diselamatkan hanya oleh kematian-Nya saja. Hanya
salib-Nya saja yang penting. Lantas apa gunanya berbicara tentang hal memikul
salib? Apa perlunya berbicara tentang hal memikul salib jika yang menyelamatkan
saya adalah salib-Nya? Jika salib-Nya saja yang menyelamatkan saya, mengapa saya
harus memikul salib?
Jika saya
menanyakan hal ini kepada Anda, bagaimana jawaban Anda? Jika saya disuruh untuk
memikul salib saya dan mengikut Yesus, apakah itu berarti bahwa usaha saya
memikul salib saya itu yang menyelamatkan saya? Lalu apakah kita ini
diselamatkan oleh kasih karunia-Nya atau oleh usaha kita dalam memikul salib
kita? Oleh yang mana?
Perhatikan, Anda
tidak diberikan pilihan untuk tidak memikul salib, karena Anda baru bisa
menjadi milik Yesus jika Anda memikul salib. Dan kalau saya baru bisa menjadi
milik Yesus dengan memikul salib, berarti kesimpulannya adalah bahwa saya baru
diselamatkan kalau memikul salib. Jadi bagaimana menjawab persoalan ini? Apakah
saya diselamatkan oleh salib-Nya atau oleh karena memikul salib saya? Atau apakah
saya diselamatkan oleh keduanya, yaitu oleh kasih karunia dan oleh karena saya
memikul salib saya? Atau apakah kasih karunia itu tidak utuh sebelum saya
menambahkan usaha saya ke dalamnya? Tetapi bagaimana kasih karunia itu
pantas disebut sebagai kasih karunia jika saya menambahkan usaha saya sendiri
ke dalamnya?
Oh, pertanyaan ini
sangat sulit, bukankah begitu? Bagaimana cara Anda menjawabnya? Tidak pernahkah
pertanyaan ini terlintas di benak Anda saat Anda membaca Alkitab? Dan jika
memang pernah terlintas, lalu apa jawaban Anda? Atau apakah Anda malah
menghindari pertanyaan ini?
Di zaman sekarang
ini, kita diberitahu bahwa kasih karunia adalah pemberian cuma-cuma dari Allah
di mana Anda tidak perlu mengupayakan apa-apa untuk itu. Akan tetapi jika Anda
tidak melakukan apa-apa dan tidak memberi apa-apa, bagaimana mungkin Anda lalu
diminta untuk memikul salib? Karena memikul salib berarti memberi
segala-galanya. Karena memikul salib berarti memberi segenap kehidupan Anda
untuk mati di kayu salib.
Pada zaman itu,
orang tidak menjadikan salib sebagai perhiasan mereka. Mereka juga tidak
memikul salib untuk berolah raga. Jadi apa yang Anda kerjakan saat sedang
memikul salib? Anda sedang memikul alat yang akan mengeksekusi Anda. Lalu
apakah kita ini diselamatkan oleh kematian-Nya atau kematian kita? Jika saya
harus memikul salib saya, maka itu berarti kematian saya. Jadi, apakah saya
diselamatkan oleh kematian-Nya dan kematian saya?
Betapa dangkalnya
pemikiran orang Kristen di zaman sekarang ini! Mengapa pertanyaan-pertanyaan
mendasar tentang keselamtan itu tidak diperhatikan? Demi keselamatan kekal
kita, bukankah kita berhak untuk mengetahui apa jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itu? Bukankah seharusnya sudah menjadi tanggung jawab
para pendeta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Bukankah seharusnya
mereka memberitahu umat tentang apa maksud Yesus membuat persyaratan ini bagi
keselamatan kita? Lalu apakah jawabannya? Bagaimana kita akan memahami
persoalan ini? Saya hampir saja tergoda untuk berhenti pada pertanyaan ini dan
membiarkan Anda bergumul dengan pertanyaan ini sampai minggu depan, agar
setelah bersusah payah menggumuli pertanyaan ini, Anda nanti kembali ke sini
dan berkata, "Nah, apakah jawabannya? Aku telah memikirkannya sampai
seminggu dan sampai sekarang ternyata masih belum paham juga."
Dan sekarang ini,
saya akan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan tersebut pada Anda, sementara saya
meneruskan dengan pembahasan selanjutnya.
Tiga kata
yang berkaitan dengan hal memikul salib
Pertama-tama, saya
ingin meluruskan makna dari firman Yesus ketika Dia berkata, "Kalau kamu
tidak memikul salibmu, kamu tidak dapat menjadi murid-Ku." Kita
melihat bahwa Yesus memakai tiga kata yang berbeda sehubungan dengan hal
memikul salib ini.
1. Mengambil,
mendapatkan, menerima salib(to take hold of, to receive, to accept)
Pertama, di dalam
Matius 10:38, kata Yunani yang digunakan adalah kata yang umumnya berarti
'mengambil' (lambano: mengambil salib). Kata ini menunjuk pada memegang
salib atau mengambil salib, belum memikulnya. Di dalam bahasa Inggris, kata ini
diterjemahkan secara tepat dengan kata take (mengambil). Makna kata itu
memang sekadar 'mengambil'. Jika saya memberi Anda sesuatu, Anda cuma perlu
mengambilnya. Ini adalah kata bahasa Yunani yang lazim dipakai untuk makna
'mengambil'. Jadi kata pertama yang Yesus gunakan adalah, "Kamu perlu
mengambil salib." Dan cukup benar pula jika kata ini diartikan
mendapatkan, atau menerimanya. Saat kita mengambil salib, itu adalah langkah
pertama yang kita ambil.
2. Menaikkan,
mengangkat salib
Beberapa pasal
kemudian, di Matius 16:24, Yesus menggunakan kata yang lain lagi. Kata yang
dipakai di sini adalah 'mengangkat' salib. Kata ini di dalam bahasa Yunani, airo
tidak sekadar bermakna mengambil sebagaimana kata lambano di Matius
10:38, tetapi kata ini berarti mengangkat, menaikkan salib ke pundak.
Perhatikan bahwa sebelum Anda mengangkatnya, Anda harus mengambilnya dulu. Jadi
kita melihat adanya perkembangan. Perkembangan ini adalah, setelah Anda
mengambil salib itu, Anda mengangkatnya, yaitu, menaikkannya di pundak Anda.
Kata airo ini juga dipakai di dalam Matius 27:32. Di ayat ini Simon dari
Kirene dipaksa oleh pasukan Roma untuk membawa salib Yesus. Pasukan Roma
menahan dan menyuruh Simon untuk mengangkat salib Yesus, karena Yesus sudah
terlalu lemah untuk memikul salib-Nya setelah dipukuli dan menderita semalaman.
Jadi kita melihat adanya perkembangan dari 'mengambil' menjadi 'mengangkat'.
3. Memikul
salib (to endure)
Masih kata ketiga
yang dipakai dalam hal memikul salib ini, yaitu di Lukas 14:27. Di sana, kata
yang dipakai adalah 'memikul' salib (bastazo). Di sana, Yesus berkata,
"Barangsiapa tidak memikul salibnya..." Ini adalah langkah
yang lebih maju lagi. Pertama Anda sekadar mengambilnya, dan cuma itu saja.
Akan tetapi Anda harus mengambil langkah lanjutannya, yaitu menaikkan salib itu
ke pundak Anda. Dan sekarang Lukas 14:27 berbicara tentang menanggung
penderitaan salib. Kata Yunani yang berbeda digunakan di sini. Dan kata ini
mengandung makna penderitaan.
Di Matius 20:12,
kata 'bastazo' yang sama dipakai dalam "kami yang sehari suntuk
bekerja berat dan menanggung (ini sama dengan memikul beban, menderita)
panas terik matahari". Juga di Matius 8:17 kata ini dipakai untuk
mengungkapkan fakta bahwa Kristus menanggung, yaitu, tidak sekadar
membebankan penyakit kita ke pundak-Nya, namun Dia menanggung penyakit kita
baik secara rohani maupun jasmani.
Nah, kini Anda
bisa melihat adanya perkembangan pemikiran. Terdapat perkembangan di dalam
ajaran Yesus tentang hal memikul salib. Lalu bagaimana kita akan memahaminya?
Di sini, Yesus berkata, "Untuk menjadi murid-Ku, kamu harus mengambil tiga
langkah." Langkah pertama adalah mengambil salib. Dan yang kedua adalah
menaikkannya ke pundakmu. Dan yang ketiga adalah pergi ke Kalvari sebagaimana
yang telah dilakukan oleh Yesus. Sungguh amat indahnya karena kata yang ketiga
itu juga dipakai untuk menyatakan apa yang dilakukan oleh Yesus di Yohanes
19:17, Sambil memikul (ini kata yang ketiga) salib-Nya Ia pergi ke
luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota,
yaitu ke Kalvari. Jadi di sini kita bisa melihat apa yang menjadi syarat untuk
menjadi milik Yesus. Bagaimana cara kita untuk dapat memahaminya?
Pada tahapan
yang manakah kita menjadi seorang murid?
Lalu pada tahapan
manakah kita menjadi seorang murid? Di tahap yang pertama atau yang ketiga?
Apakah kita menjadi murid-Nya hanya setelah kita menderita bersama dengan Dia?
Tidak.
Pada tahap
mengambil salib, syarat pemuridan sudah terpenuhi Anda paling tidak harus memiliki kesediaan untuk
mengambil, untuk menerima salib dengan niat untuk pergi menyusuri jalan menuju
Kalvari. Untuk saat ini, Anda telah mengambil salib itu; Anda telah menerima
salib itu. Anda sedang dalam perjalanan menuju kematian. Anda sedang dalam
perjalanan menuju kehilangan hidup Anda.
Kedua,
mengangkat salib itu menunjukkan bahwa saya bersedia untuk menjadikan salib itu
sebagai milik saya
Anda berada di jalan keselamatan di saat Anda bersedia untuk menjadikan salib
sebagai milik Anda, untuk memeluk alat yang akan mengeksekusi Anda. Di titik
ini, Anda mungkin berkata, "Wah, berat sekali!" Dan Anda bisa melihat
mengapa tidak banyak penginjil yang mau menyampaikan hal ini.
Bukankah lebih
mudah untuk berkata, "Anda tidak perlu melakukan apapun. Semuanya
gratis!"? Oh, ini mudah sekali! Seandainya saja saya diberi kesempatan
untuk menjadi penjual obralan. Cuci gudang: "Cukup dengan tiga ribu rupiah
Anda bisa mendapatkan semuanya!"
Tapi saya ingin
bertanya, apakah dengan cara itu berarti saya setia pada ajaran Tuhan saya?
Apakah saya bisa setia pada Firman-Nya? Saya lebih suka dikutuk oleh dunia,
saya tak peduli dunia mau berkata apa pun tentang saya akan tetapi saya harus
setia kepada kepada Tuhan. Jadi, kita melihat di dalam poin yang kedua bahwa kita
harus bersedia untuk menjadikan salib itu sebagai milik kita jika kita ingin
menjadi milik Yesus. Itu artinya bahwa kita harus bersedia kehilangan nyawa
kita.
Apa arti
kehilangan nyawa itu, akan kita lihat sebentar lagi.
Yang ketiga,
menanggung penderitaan salib berarti menunjukkan bahwa saya bersedia mengalami
salib di dalam hidup saya Sungguh enak jika saya bisa diselamatkan cukup dengan percaya bahwa Yesus
telah menanggung penderitaan; saya tidak perlu menderita apa-apa. Dia yang menderita. Hebat sekali! Selama
Dia yang menderita, maka saya tak punya penderitaan untuk ditanggung.
Pengabaran keselamatan semacam itu sungguh menyenangkan hati. Bukankah
pengabaran semacam itu yang sering kita dengar? "Yesus telah menanggung
semua penderitaan bagi dosa-dosa saya, jadi saya tidak perlu menderita apa-apa
lagi. Oh, enak sekali!" Namun saya harap Anda masih ingat dengan
pertanyaan-pertanyaan yang saya sampaikan kepada Anda di bagian awal tadi. Jika
memang demikian halnya, lalu mengapa kita juga dituntut untuk menderita?
Bagaimana kalau
kita anggap ayat-ayat ini tidak pernah ada di dalam Alkitab? Bagaimana kalau
kita lupakan bahwa Yesus pernah mengajarkan hal ini, dan berulangkali
mengajarkan hal ini, sehingga membuat kita merasa tidak enak? Tentunya akan
terasa lebih nyaman. Kita bisa berhenti sampai pada khotbah di pesan yang lalu:
Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita, dan kita hentikan saja pembahasannya
sampai di sana. Sungguh tidak mengenakkan untuk mendengar pembahasan di mana
Yesus kemudian berkata, "Jika kamu tidak bersedia mengalami salib dalam
pengalaman keseharianmu, maka kamu tidak bisa menjadi murid-Ku."
Salib tidak boleh
sekadar menjadi sesuatu yang harus ditanggung oleh Yesus, tetapi salib juga
harus menjadi milik Anda sepenuhnya di dalam hati Anda.
Lalu bagaimana
tepatnya cara kita mengalami penderitaan salib? Nah, jika Anda menerima ejekan
karena Anda adalah orang Kristen, tidakkah Anda sedang menderita bagi Kristus?
Dia juga dihina. Jika keluarga Anda menolak Anda karena Anda adalah orang Kristen,
tidakkah Anda sedang mengalami salib di dalam hidup Anda? Anda telah mengambil
satu langkah maju yang kecil untuk mengalami salib. Saat Anda bersaksi pada
orang lain demi Kristus dan mereka menolak Anda, dan menghina Anda, bukankah
Anda mulai mengalami apa yang Yesus derita? Akan tetapi salib itu
berkelanjutan. Masih ada banyak sekali hal yang menanti Anda di depan. Saat,
demi Kristus, Anda melepaskan pekerjaan Anda, profesi Anda, untuk pergi dan
melayani Dia, dan orang-orang mengejek Anda. Atau Anda mengalami kerugian
keuangan yang sangat besar, tidakkah Anda sedang mengalami apa yang Yesus
derita ketika Dia membalikkan punggung-Nya dari dunia?
Yesus
membalikkan punggung-Nya dari dunia
Dari sudut pandang
yang murni manusia duniawi saja, jika Anda perhatikan seperti apa Pribadi Yesus
itu, saya pikir tak akan menjadi perkara yang sulit bagi Yesus untuk menjadi
Raja Israel atau sekalian menjadi Raja dunia, dengan mengandalkan kemampuan
manusiawi-Nya saja. Yesus bisa memimpin kumpulan orang-orang itu jika Dia
mengandalkan kemampuan manusaiwi-Nya. Kemana pun Dia pergi, berduyun-duyun
orang mengikuti Dia dalam jumlah ribuan. Jika Yesus ingin memimpin sebuah
pemberontakan, tidak akan ada masalah. Dia akan segera memiliki pasukan besar
yang mendukung-Nya! Jika Anda pelajari sungguh-sungguh sosok yang bernama Yesus
ini, Dia bisa saja mengambil apa pun yang Dia kehendaki di dunia ini. Dengan
satu kata saja, Dia bisa langsung menguasai Yerusalem. Dia bisa saja memimpin
ribuan orang bergerak menuju Yerusalem sambil berseru, "Diberkatilah Dia
yang datang di dalam nama Tuhan!" Dan Dia cukup berkata, "Cabutlah
pedangmu! Kita akan mengambil alih Yerusalem!" Maka orang-orang itu akan
menyerbu dengan penuh semangat! Mereka menunggu Dia mengeluarkan perintah itu!
Jika dilihat dari
sudut pandang yang murni manusiawi, kecemerlangan otak Yesus sangatlah luar
biasa. Kita menghabiskan sebagian besar hidup kita hanya untuk bisa memahami
sedikit saja dari kedalaman pemikiran-Nya. Perhatikanlah kehebatan pikiran-Nya
ketika Dia ditanyai oleh orang-orang Farisi, "Haruskah kita membayar pajak
kepada Kaisar atau tidak?" Dengan satu jawaban yang menusuk, Dia
memecahkan persoalan. Apakah jawaban yang akan Anda berikan atas pertanyaan
semacam itu? Anda mungkin hanya bisa bergumam sambil menggaruk-garuk kepala
kebingungan. Saya sendiri tidak yakin apakah saya bisa menjawab jika dijebak
dalam situasi seperti itu. Yesus cukup menatap mereka dan memberi satu jawaban,
dan mereka terdiam. Mereka bahkan tidak tahu harus berkata apa setelah itu. Kecemerlangan
otak manusaiwi-Nya sungguh mengagumkan!
Jika kita tidak
memandang Dia sebagai Anak Allah, hanya sebagai seorang manusia saja, itu pun
sudah tidak ada yang mampu menyainginya! Orang-orang berkata, "Belum
pernah ada orang yang berbicara seperti Dia ini!" Mereka terpesona pada
kuasa kata-kata-Nya. Ketika para pemimpin bangsa mengirimkan pasukan untuk
menangkap-Nya, apa yang terjadi pada para anggota pasukan ini? Mereka kembali
dengan tangan kosong. Mereka dikirim untuk menangkap Dia, tetapi apa yang justru
mereka lakukan? Mereka malah ikut berdiri menonton Dia berkhotbah dan lupa pada
tujuan kedatangan mereka. Jadi, kita bisa melihat bagaimana kuasa dan
kecemerlangan Dia sebagai manusia.
Akan tetapi Dia
tidak menginginkan dunia. Orang ini bisa saja menaklukkan dunia di bawah
kaki-Nya karena pada masa itu tidak ada seorangpun yang sanggup menyaingi-Nya.
Jika Anda teliti sejarah di zaman itu, ada begitu banyak orang-orang kecil yang
menjadi raja-raja dan pemimpin-pemimpin dari berbagai bangsa. Orang seperti
Yesus jelas akan segera mendominasi seluruh panggung jika Dia menghendakinya,
akan tetapi Dia tidak menghendaki dunia.
Pada saat
pencobaan, Iblis sudah menawarkan dunia kepada-Nya. Yesus tidak menginginkan
itu. Lalu apa yang Dia inginkan? Dia menginginkan salib! Anda berkata,
"Apa itu bisa dipercaya?" Orang yang bisa saja memiliki seluruh dunia
ternyata hanya meminta satu hal: untuk mendapatkan salib. Dia yang bisa saja
menguasai seluruh kehidupan di dunia ini tetapi Ia malah yang Ia kehendaki
adalah untuk bisa kehilangan nyawa-Nya.
Jangan lupa pada
wibawa sosok ini. Ketika Dia berdiri di hadapan Pilatus, gubernur pemerintah
Roma, orang paling berkuasa di Israel pada masa itu, tetapi Yesus malah membuat
Pilatus terlihat seperti seorang anak kecil. Jika Anda teliti suasana saat
Yesus diadili, Anda akan bingung sebenarnya siapa yang sedang mengadili siapa.
Tampaknya, seolah-olah, justru Pilatus yang sedang mengajukan permohonan bagi
pembebasan nyawa-Nya. Dan ketika Dia berdiri di hadapan raja Herodes, Dia
mengabaikan Herodes seolah-olah raja ini bukan orang penting, karena di dalam
sekali pandang saja, Dia melihat ke dalam hati Herodes dan tahu bahwa Dia tidak
perlu membuang-buang waktu dengan orang macam ini. Satu-satunya jalan untuk
menolong orang itu adalah dengan membawanya ke tingkatan yang layak baginya -
dengan memecahkan gelembung kecongkakannya.
Di sini kita bisa
melihat, jika Anda mengamati Yesus di sepanjang Injil, bahkan dalam keadaan Dia
sebagai manusia biasa, tanpa melihat Dia sebagai Anak Allah, Anda tetap saja
akan terpesona pada keagungan orang ini. Dia yang bisa saja menguasai dunia,
sekali lagi saya katakan, Ia malah membalikkan punggung-Nya dari dunia.
Jadi, jika Anda
berpaling dari dunia, sebenarnya apakah yang sedang Anda lakukan? Anda sedang
belajar untuk memahami apa arti memikul salib. Anda sedang belajar untuk
mengalami apa yang pernah Yesus alami. Yesus, sesungguhnya, bukanlah orang yang
bodoh karena berpaling dari dunia. Dia mencari perkara yang kekal. Kita yang
telah berpaling dari dunia juga sedang mencari perkara yang kekal. Demikianlah,
sekarang kita mengerti makna dari mengalami salib lewat cara ini.
Banyak yang
telah berpaling dari dunia
Seperti yang
Paulus katakan, "Aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya
sebagai sampah." Jika Anda pelajari surat yang ditulis orang ini, yaitu
Paulus - orang yang juga bisa mendapatkan dunia, dan betapa dia sebenarnya
telah mendapatkannya - Anda akan segera menyadari bahwa Anda sedang berhadapan
dengan orang yang punya pemikiran yang hebat. Di sepanjang sejarah, orang-orang
menggambarkan Paulus sebagai orang yang jenius. Jika Anda pernah mencoba untuk
mempelajari tulisan-tulisan Paulus, Anda akan tahu betapa sulitnya menggapai
kecepatan dan kekuatan pikirannya. Dia adalah orang yang juga bisa mendapatkan
dunia tetapi memilih salib.
Saat saya
mempelajari sejarah Gereja, saya melihat ada banyak orang yang memiliki
kemampuan dan prestasi sangat dahsyat. Belum lagi jika kita teruskan sampai
dengan abad ke-20, di abad ini kita melihat orang dengan prestasi seperti John
Sung yang juga bisa saja mendapatkan dunia akan tetapi malah memilih salib.
Walau tidak
penting, ada juga beberapa orang yang mengatakan hal yang sama kepada saya,
"Kalau kamu terjun ke dunia, kamu pasti akan menjadi orang penting. Kalau
kamu tetap di Gereja, kamu tidak menjadi apa-apa." Bagi saya, dengan
segala kerendahan yang ada pada saya, saya juga puas dengan memilih salib,
memeluk salib, mengambilnya, menaikkannya ke atas pundak saya, dan belajar
sedikit tentang apa arti penderitaan serta mengalami salib di dalam hidup saya.
Namun, tentu saja ini bukan untuk bermegah.
Anda tidak perlu
melihat Paulus atau John Sung, yang membuat orang-orang berkata, "Wah!
Mereka sungguh hebat!" Kita sendiri, apakah yang sedang kita kerjakan?
Kita sebenarnya sedang melakukan apa yang Yesus perintahkan kepada kita untuk
dikerjakan jika kita berhasrat untuk memperoleh hidup yang kekal. Dan kita
melakukan hal ini cukup dengan menyerahkan diri kita kepada Yesus.
Banyak orang
Komunis yang kehilangan segalanya demi perjuangan mereka
Yah, kita harus
mengakui bahwa kita semua lemah. Saya juga mengakui bahwa kadang kala, di
saat-saat saya sedang merenungkan persoalan-persoalan Gereja, saya merasa putus
asa. Ketika saya membaca kisah-kisah di masa perang, misalnya pada waktu para
prajurit menyerbu kubu pertahanan musuh, kadang kala mereka sampai bertengkar
mengenai siapa yang berhak mendapat kesempatan istimewa meletakkan bahan
peledak di kubu musuh. Bagi mereka, adalah suatu kehormatan untuk mengorbankan
diri. Saat saya membaca kisah-kisah tersebut, saya merasa malu dengan kehidupan
orang Kristen. Jika ada pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan kalau pekerjaan
itu melibatkan penderitaan yang harus ditanggung, maka orang-orang Kristen
selalu berusaha untuk menjadi yang paling terakhir berangkat. "Kamu dulu
yang berangkat."
Berapa banyak
orang Komunis yang bergabung ke partai dengan mengorbankan keluarga, pekerjaan
dan harta mereka? Mereka korbankan segalanya demi partai mereka. Namun sekarang
ini, ada juga orang Kristen yang memandang sebagai hal yang tidak masuk akal
jika mereka harus mengorbankan pekerjaan mereka demi Kristus, apalagi jika
sampai mengorbankan nyawa mereka. Orang-orang Komunis ini sepertinya dengan
enteng dapat melepaskan semua hal itu. Mereka seolah-olah memiliki semangat
yang lebih dekat dengan Paulus, ketimbang orang-orang Kristen zaman ini. Mereka
menanggung kehilangan segala-galanya dan memandang semua itu sebagai sampah.
Saya pikir
orang-orang Kristen perlu membaca catatan kisah Long March, perjalanan
sejauh 8,000 mil yang ditempuh oleh pasukan Komunis. Dan itu bukanlah suatu
perjalanan tamasya di mana Anda bisa memanggul ransel di punggung Anda, tetapi
suatu perjalanan panjang melintasi pegunungan dan sungai-sungai, melintasi
salju dan es, menghadapi udara panas dan dingin! Dari seluruh pasukan yang
berangkat, hanya sedikit yang tiba di propinsi Yan An. Sebagian besar tewas di
tengah jalan, entah karena pertempuran, kedinginan, penyakit atau pun
kelaparan. Akan tetapi adakah terdengar suara keluhan? Bacalah buku tentang The
Long March itu. Air mata Anda akan menetes dan rasa malu akan memenuhi hati
Anda dan Anda mulai berpikir, "Orang Kristen macam apakah aku ini?"
Orang-orang itu meninggalkan istri-istri, anak-anak, orang-orang yang mereka
kasihi, rumah, kekayaan, segala-galanya, untuk memperjuangkan idealisme mereka
dan mereka sampai kehilangan nyawa di sana.
Adakah
prajurit yang tidak perlu berkorban?
Dan di manakah
orang-orang Kristen sekarang ini? Yang kita lihat di dalam Gereja sekarang ini,
adalah orang-orang Kristen yang memburu tempat bagi mereka di Surga secara
gratis! Mereka sangat terusik dengan orang-orang yang memberitahu mereka bahwa
ada pengorbanan yang harus dilakukan untuk bisa masuk ke dalam kerajaan. Ketika
Garibaldi memimpin pasukannya menuju pertempuran, ada seorang muda yang
bertanya kepadanya, "Jika aku bergabung dengan pasukanmu, apakah yang akan
kau tawarkan buatku?" Garibaldi menjawab, "Aku menawarkan keringat,
darah dan air mata buatmu. Kamu mau ikut aku? Itulah yang akan kau
dapatkan." Jawaban yang berbeda dengan yang biasanya terdengar dari mulut
para penginjil zaman sekarang. "Ikutlah Tuhan, maka kamu akan mendapatkan
damai sejahtera dan sukacita." Memang tidak salah Anda akan memperoleh
damai sejahtera dan sukacita, namun pertama-tama, yang ada adalah darah,
keringat dan air mata. Hanya setelah melewati itu baru Anda bisa memperoleh
damai sejahtera. Tak heran jika Garibaldi memperoleh kemenangan dengan pasukan
yang dipimpinnya. Saya tidak pernah melupakan peristiwa tersebut setiap kali
saya berkhotbah tentang ajaran Tuhan mengenai salib.
Dengan demikian,
apakah makna dari pangajaran Yesus ini? Saya beritahukan Anda, berdasarkan
otoritas dari ajaran Tuhan, jika Anda pikir bahwa perjalanan Anda ke Surga itu
tidak memerlukan pengorbanan apapun, maka dengarlah ucapan saya, Anda tidak
akan pernah sampai ke sana. Inilah hal yang Yesus sampaikan kepada kita melalui
ayat-ayat ini. Punyakah kita telinga untuk mendengar? Sebagaimana yang sudah
saya sampaikan sebelumnya, saya hanya akan memberitakan ajaran Tuhan dan jika
tak seorang pun yang mau datang ke gereja ini, tak jadi masalah buat saya
karena memang itulah firman Tuhan dan saya akan menyampaikan secara apa adanya.
Tuhan membangkitkan prajurit bagi salib. Orang-orang semacam itulah yang Tuhan
kirimkan untuk menjangkau dunia.
Apakah orang-orang
Kristen yang kita miliki sekarang ini akan memberitakan Injil kepada kaum
Komunis? Hal itu malah akan membuat orang-orang Komunis tertawa! Orang-orang
sekarang ini berbicara tentang penginjilan ke negara Komunis, dan apakah Anda
juga akan menginjil ke sana? Kualitas hidup Anda kalah jauh dengan mereka.
Atau, hal apa yang akan Anda beritakan kepada mereka? Apakah Anda akan
berangkat ke sana dengan permen karet dan coklat? Dan apakah Anda akan membawa
kasur air Anda ke sana supaya Anda bisa tidur dengan nyaman di sana? Bukankah
benar kalau begitu banyak misionaris yang berangkat ke sana menjadi bahan
olok-olokan karena melakukan hal-hal semacam itu? Mereka membawa kulkas dan AC
mereka. Memang beberapa dari antara mereka yang berbuat seperti itu. Tentu
saja, saya tidak berkata mengatakan bahwa semua misionaris seperti itu.
Saya selalu ingat
pada seorang misionaris di Hong Kong yang mengundang saya ke apartemennya dan
ingin membuat saya terkesan pada keindahan apartemen cantiknya yang dia beli di
daerah pegunungan dengan pemandangan yang mengesankan ke arah Kowloon. Kemudian
dia memperlihatkan kepada saya berbagai hal di sekitar rumahnya sambil berkata,
"Ini kulkas baru saya. Dan sebagainya." Nah, jika dia hidup seperti
itu di Amerika Serikat, tak jadi masalah buat saya. Satu-satunya hal yang
membuat saya merasa mual adalah bahwa jendelanya mengarah langsung satu wilayah
di mana semua pengungsi dari utara menetap dalam gubuk-gubuk kaleng mereka.
Apakah dia mau berangkat memberitakan Injil dengan cara hidup semacam ini?
Bukanlah suatu kejahatan bila ada orang lain yang ingin hidup seperti itu;
masih bisa dipahami. Akan tetapi tidak bisa dimengerti jika dia adalah seorang
misionaris, berdiam di antara mereka yang hanya bisa mengagumi kulkas dan
apartemen cantiknya. Jadi, Anda dan saya akan pergi menginjil ke negara miskin,
dan kita akan membawa kulkas kita, dan saya juga akan membawa mobil saya
sekalian. Maksud saya mobil gereja, itu pun kalau gereja mengijinkan saya
membawanya. Jadi orang-orang bisa melihat kita yang datang sambil berkata,
"Aku datang! Masuk ke negara Anda dengan membawa kasih!" Yaitu, kasih
akan harta duniawi. Saya tidak tahu ada berapa orang dari antara kita yang
benar-benar adalah prajurit Kristus!
Kelayakan
kita datang lewat penderitaan bersama Kristus
Demikianlah, kita
melihat bahwa poin yang ketiga adalah mengalami salib-Nya (Hal yang sudah
pernah kita bahas sebelumnya). Ketika Yesus berkata, "Jika kamu tidak
memikul dan mengalami salibmu itu, kamu tidak dapat menjadi murid-Ku. Berarti
kamu tidak mengerti apa yang Aku maksudkan." Yesus ingin kita tahu apa
yang sedang Dia bicarakan. Berapa banyak orang Kristen yang tahu apa yang Dia
maksudkan? Anda tidak menderita apa-apa! Anda tidak tahu apa makna salib! Jika
suatu hari nanti Anda berangkat ke negara Komunis, Anda akan mendapati bahwa
ternyata bukan Anda yang memberitakan Injil ke sana, tetapi justru para saudara
di sana yang menginjili Anda. Jika Anda mendengarkan mereka menguraikan isi
Alkitab, mata Anda akan mulai terbuka. Anda akan tertanya-tanya,
"Bagaimana mungkin dia memiliki pemahaman seperti itu tentang Firman
Allah? Dia tak pernah masuk Seminari, tapi lihat cara dia menguraikan isi
Alkitab!" Saya beritahu Anda, dibandingkan dengan mereka saya bukan
apa-apa. Mereka dapat mengungkapkan isi Alkitab kepada Anda sedemikian rupa
sehingga mata Anda akan terbelalak keheranan. Mereka sangat memahami ajaran
Yesus.
Saya
sungguh-sungguh merindukan pendalaman Alkitab di sana! Sangat luar biasa
pengungkapan firman Tuhan oleh saudara di sana! Ia dapat mengangkat kekayaan
makna dari Alkitab. Saya pernah belajar di bawah asuhan para profesor teologi
yang paling termashur yang pernah ada di abad ke-20 ini. Dalam satu atau beberapa
kesempatan saya pernah belajar di bawah asuhan mereka yang sebagian besar masih
hidup sampai sekarang. Saat saya berkunjung ke perpustakaan Teologia dan
melihat-lihat buku di sana, saya dapat berkata, "Aku pernah mendengarkan
pengajaran orang ini, dan yang itu juga." Namun saya beritahu Anda, saya
lebih suka belajar di bawah asuhan para saudara di negara Komunis itu. Para
saudara di sana akan mengajari Anda tentang makna Firman Allah. Anda tidak
perlu repot-repot belajar pada para teolog.
Tahukah Anda mengapa
mereka mengerti apa yang dibicarakan oleh Yesus? Karena mreka telah belajar di
kampus pengalaman. Dan tahukah Anda apa itu pengalaman? Pengalaman adalah
penderitaan bersama dengan Kristus. Jika Anda telah pernah mengalami sedikit
penderitaan bersama Kristus, maka Anda akan mulai layak untuk memberitakan
Injil.
Saya yakin bahwa
Anda pernah mendengarkan khotbah para pendeta yang memiliki gelar Master atau
Doktor di bidang teologi. Adakah hal yang layak didengarkan dari mereka? Apakah
firman Tuhan menusuk ke dalam hati Anda? Adakah kuasa di dalam khotbah mereka?
Anda tentu tahu jawabannya. Tidak ada apa-apanya. Mengapa mereka tidak dapat
memancarkan terang Firman Allah bagi Anda walaupun berbekal sekian banyak gelar
itu?
Jika Anda ingin
memberitakan Injil, maka belajarlah di sekolah penderitaan bersama Kristus.
Jika Anda belum memanggul dan mengalami salib, maka Anda tidak memiliki
kelayakan untuk memberitakan Injil. Para saudara di negara Komunis yang telah
banyak menderita mungkin tidak sepandai orang yang memiliki gelar Master di
bidang teologi ini. Mereka juga mungkin tidak sebaik orang yang memiliki gelar
Master ini. Kepribadian mereka juga mungkin tidak seramah orang yang memiliki
gelar Master ini. Mereka bisa saja memiliki kepribadian yang kasar akan tetapi
mereka memiliki kasih yang murni. Jika Anda berada dalam masalah, maka Anda
boleh yakin bahwa mereka tidak akan pernah mengecewakan Anda. Namun ketika
mereka berbicara dengan Anda mungkin tutur katanya kurang halus atau bisa juga
kurang sopan. Lagi pula, dia belum pernah belajar di berbagai lembaga
pendidikan tinggi. Saat dia menyatakan isi hatinya, mungkin dia menyatakannya
secara keras dan kasar karena dia tidak tahu bagaimana mengungkapkan isi hati
secara halus dan menyenangkan. Jadi, dari sudut pandang dunia, dia tidak lebih
baik daripada orang dunia yang lain. Hanya ada satu hal yang membuatnya
berbeda. Salib di dalam hidupnya itulah yang membuat perbedaan.
Belajar ke
seminari tidak akan mendatangkan salib dalam kehidupan Anda. Justru akan membuat
kepala Anda menjadi semakin besar dan membuat Anda menjadi sombong. Bukannya
memikul salib, Anda malah mengenakan jubah akademik. Indah sekali! Jubah
akademik kami di London berwarna merah terang dan ungu, dan di bagian dalamnya
terdapat lis putih dari sutera. Indah sekali! Anda terlihat hampir seperti
raja! Benar-benar terlihat seperti orang penting! Dan banyak sekali penginjil
yang, bukannya memikul salib, tetapi mengenakan jubah akademik di atas mimbar.
Dengan sangat gembira Anda mengenakan kemuliaan yang diberikan oleh dunia
kepada Anda. Dan di saat kita mengenakan jubah akademik tersebut, tiba-tiba
saja kita merasa sedikit lebih tinggi ketimbang umat manusia yang lainnya.
Itulah tepatnya
hal yang dikatakan oleh Paulus, "Hal yang tadinya ku-pandang sebagai
keuntungan, sekarang ku-pandang sebagai kerugian. Mereka telah menjadi
penghambat buatku." Dia tidak mau mengenakan jubah akademik. Yang dia
inginkan adalah salib di pundaknya, bukannya jubah mewah. Akan tetapi
orang-orang Kristen berkata, "Ini terlalu ekstrim! Kamu bisa memiliki
keduanya! Mengenakan jubah dan sekaligus memikul salib ke mana-mana."
Khususnya jika Anda memakai salib yang berbentuk indah, dari bahan emas, yang
bisa Anda gantungkan di leher Anda.
Izinkan saya
beritahu Anda: pahamilah ajaran Yesus dengan hati-hati. Pelatihan yang saya
terima dalam hal pemberitaan Firman Allah, sebagaimana yang saya sampaikan
sebelumnya, saya dapatkan di negara Komunis. Memang benar bahwa saya pernah
belajar di seminari, akan tetapi di dalam hal kerohanian, sangat sedikit yang
saya pelajari di sana. Pelatihan sejati yang saya jalani adalah di negara asal
saya, di mana saya belajar untuk memikul salib, di mana saya belajar untuk
menanggung tekanan yang diberikan oleh para penguasa di sana, di mana saya belajar
untuk berpaling dari dunia, dan tidak mempedulikan apakah dunia akan menentang
saya, di mana saya belajar bahwa Allah bisa mengubah suara perut yang
keroncongan menjadi suara musik rohani.
Tanpa sekolah
salib itu, maka saya tidak akan bisa memberitakan Injil sekarang ini. Saya
tidak akan memiliki Injil untuk disampaikan. Saya tidak akan memperoleh
pemahaman akan makna salib karena saya tidak pernah mengalaminya. Saya tidak
akan tahu apa yang Yesus maksudkan jika saya tidak pernah belajar di sekolah
salib itu. Jadi, ini semua bukan karena saya ini lebih unggul dari orang lain.
Yang lebih tepat adalah, justru karena saya ini lebih buruk dari orang lain
sehingga saya lebih perlu belajar tentang makna salib di dalam pengalaman hidup
saya
Tetapi apakah
salib suatu realitas di dalam hidup Anda? Apakah salib itu sesuatu yang Anda
pahami secara nyata di dalam hidup Anda? Jika Anda belum mengalami salib, maka
ia tidak akan berarti apa-apa bagi Anda. Sudah berapa kali Anda mendengarkan
penginjil yang mengkhotbahkan tentang salib? Apa makna salib buat Anda? Tak ada
artinya sebelum Anda menjadikannya sebagai milik Anda, setelah itu barulah Anda
bisa memahaminya dengan sepenuhnya. Prinsip rohani yang terdapat di sini
adalah: jika Anda ingin memperoleh makna dari kehidupan rohani, Anda harus
bersedia menjadikan salib sebagai milik Anda.
Arti dari
memikul salib: kehilangan hidup Anda di dalam dunia
Memikul salib
sebagaimana yang diucapkan oleh Yesus di dalam ayat 39 berarti kehilangan hidup
Anda di dalam dunia ini. Saya sudah kehilangan hidup saya di dalam dunia ini.
Saya tidak punya masa depan di dalam dunia. Saya tidak akan pernah menjadi
seorang jenderal besar sebagaimana yang pernah saya angankan sebagai seorang
non-kristen. Dan ketika saya belajar di universitas, saya pernah memperoleh
kesempatan untuk melangkah menjadi pengajar, dan mungkin selanjutnya menjadi
profesor. Saya berpaling dari hal-hal semacam itu. Saya tidak akan pernah
menjadi seorang profesor di dunia ini. Saya tidak akan pernah menjadi seorang
rektor di universitas mana pun di dunia ini, bukan karena tidak akan ada pihak
yang berminat menawarkan jabatan tersebut kepada saya, melainkan karena saya
sudah membuat keputusan di dalam hati saya untuk tidak menginginkannya. Siapa
tahu? Mungkin suatu saat nanti ada orang yang berkata kepada saya,
"Bersediakah Anda menjadi rektor di universitas anu?" Tetapi saya
berketetapan, dengan kasih karunia Allah, untuk mempertahankan kejernihan visi
saya, saya sudah menaruh tangan saya di atas bajak, saya tidak akan menatap ke
belakang lagi, bertekad untuk maju terus, di jalan salib. Di dalam dunia ini,
saya sudah kehilangan hidup saya. Saya tidak akan pernah menjadi pimpinan
perusahaan besar. Jadi saya sudah memandang semua itu sebagai sampah. Untuk
apa? Supaya saya memperoleh Kristus! Supaya saya bisa memiliki-Nya! Seperti
yang dikatakan oleh Paulus, "Untuk kedapatan berada di dalam Dia. Bukan
mengenakan kebenaranku sendiri, tetapi sekarang, mengenakan
kebenaran-Nya."
Di dalam retreat
yang kedua di Camp Trent dua minggu yang lalu, saya menguraikan di depan para
pimpinan PA tentang Matius 10:39 berikut pengertiannya, di mana dalam ayat itu
Yesus berkata, "Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya."
Apa maknanya? Secara prinsip sangatlah sederhana. Anda tidak akan pernah
memperoleh sesuatu secara gratis. Jika ada orang yang memberitahu Anda bahwa
Anda pasti akan memperoleh hidup yang kekal tanpa pengorbanan apa pun, jangan
percaya sepatah pun kata mereka karena di dalam kehidupan rohani, Anda tak akan
pernah memperoleh sesuatu tanpa perlu mengorbankan sesuatu.
Di Lukas 14:25-33,
yang sudah kita baca sehubungan dengan hal memikul salib, Yesus berkata,
"Sebelum kamu menjadi seorang murid, hitunglah dulu ongkosnya. Berapa
besar pengorbanan yang harus kau lakukan?" Yesus tidak pernah memancing
kita untuk masuk ke dalam Kerajaan dengan mulut manis yang berisi
kepalsuan, dan saya bersyukur akan hal itu. Dia berkata, "Hitung dulu
berapa besar pengorbanan untuk menjadi murid-Ku, untuk menjadi milik-Ku."
Demikianlah, ayat ini menyatakan hal yang tepat sama dengan kata-kata yang
berbeda. Apakah Anda ingin mendapatkan hal yang rohani? Anda tidak akan
pernah memperoleh hidup itu kalau Anda tidak melepaskan hidup Anda. Itulah
prinsip dalam kehidupan rohani. Dengan demikian Anda akan menyadari bahwa
semakin Anda kehilangan, maka semakin pula Anda mendapatkannya. Semakin Anda
kehilangan hal-hal duniawi, semakin Anda mendapatkan hal-hal di dalam hidup yang
kekal. Ini adalah hal yang sangat indah. Saya minta Anda renungkan
baik-baik ajaran Tuhan ini. Bacalah sendiri. Saya tidak ingin memasukkan
pemikiran saya sendiri. Pemikiran saya peribadi tidak ada nilainya. Yang saya
inginkan adalah agar Anda renungkan firman Yesus karena firman-Nya adalah
firman dari hidup yang kekal.
Kita
diselamatkan oleh salib-Nya tetapi kita harus memikul salib juga
Namun, sebagai
penutup, mari kita renungkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada awal
tadi. Sudahkah Anda temukan jawabannya? Setelah merenungkan ajaran Yesus,
lantas apakah kita ini diselamatkan oleh salib-Nya atau oleh salib kita? Kita
melihat bahwa kita harus memikul salib kita.
Jadi, apakah saya
yang mendapatkan hidup yang kekal itu dengan memikul salib saya? Dengan
kehilangan hidup saya, maka saya memperoleh hidup yang kekal? Lalu apakah
jawaban yang muncul di benak Anda? "Barangsiapa kehilangan nyawanya karena
Aku akan meraihnya?" Yesus tidak berkata begitu. Dia tidak
berkata bahwa Anda akan meraihnya. Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku
akan memperolehnya dengan cara bagaimana? Di sinilah keindahan dari ajaran
Yesus. Tidak ada kata yang salah, tidak ada kata yang keluar dari maknanya.
Jika kita perhatikan dan cermati ajaran Yesus, kita akan mendapati bahwa yang
dikatakan adalah, "Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menemukan(find)
hidup yang kekal.
"Menemukan":
berarti menerima sesuatu yang tidak bisa Anda raih sendiri
Perhatikan kata
"menemukan", misalnya, di dalam perumpamaan tentang harta yang
terpendam. Orang tersebut menggali di ladang dan dia menemukannya. Apakah orang
itu mendapatkan harta itu sebagai hasil usahanya? Ketika dia menemukan harta
karun itu di ladang, nilai dari harta karun itu jauh melampaui segenap
kekayaannya. Dia tidak bisa membelinya, tetapi dia bisa menemukannya. Harta itu
diberikan kepadanya. Artinya, dia tak akan pernah dapat membelinya, tetapi dia
menemukannya. Menemukan harta itu adalah ungkapan lain yang menyatakan bahwa
dia telah mendapatkan sesuatu yang tidak akan dapat ia dapatkan lewat usahanya
sendiri.
Sekarang
pertimbangkanlah pertanyaan ini: Apakah hidup yang kekal itu sesuatu yang bisa
Anda capai? Anda tak akan pernah bisa mencapainya. Anda tak akan pernah bisa
meraih hidup kekal dari Allah. Berapa harga yang bisa Anda tetapkan bagi hidup
kekal itu supaya Anda bisa meraihnya? Bisakah Anda beli hidup yang kekal itu
dengan 1.000 dolar? Bisakah Anda beli hidup yang kekal itu dengan 10.000 dolar?
Anda tak akan bisa membeli hidup yang kekal itu sekalipun Anda berpenghasilan
1000 juta dolar! Hidup yang kekal itu tak ternilai. Itu adalah hidup Allah.
Jika Dia tidak memberikannya kepada Anda, maka Anda tidak akan pernah bisa
memilikinya karena hidup itu adalah milik Alllah. Tentu saja, hidup yang
kekal itu bisa kita miliki. Kita hanya menerimanya sebagai karunia dari Allah
melalui salib-Nya.
Makna salib
kita: sarana untuk kita memenuhi persyaratan Allah bagi hidup kekal
Lalu, apa maksud
dari pembicaraan tentang salib itu? Salib kita merupakan syarat untuk menerima hidup
yang kekal. Salib bukan sarana untuk memperoleh hasil, melainkan sarana untuk
memenuhi persyaratan-Nya. Saat Anda merenungkan persyaratan-Nya, Anda akan
melihat sungguh luar biasa hikmat-Nya!
Anda bertanya,
"Mengapa Dia membuat persyaratan ini? Mengapa Dia menginginkan hal ini
dari kita?" Karena hanya dengan jalan itu maka Anda bisa benar-benar
diselamatkan. Jika salib tidak masuk ke dalam hidup Anda, maka Anda akan
kembali lagi ke dalam dosa, dan itu pasti. Alasan mengapa Dia ingin agar Anda mengalami
salib di dalam hidup Anda adalah untuk menghancurkan dasar pijakan dosa di
dalam kehidupan Anda. Itulah makna dari firman yang luar biasa, yang diucapkan
oleh rasul Petrus di dalam suratnya, barangsiapa telah menderita penderitaan
badani, ia telah berhenti berbuat dosa (1 Petrus 4:1).
Tidaklah
mengherankan bahwa jika Anda menanyakan orang-orang di seminari tentang hal
ini, mereka bingung. Mereka tidak tahu apa maknanya. Akan tetapi jika Anda
tanyakan hal ini pada orang Kristen yang lugu di negara komunis, maka dia akan
segera menjelaskannya kepada Anda. Sungguh mendalam pengertiannya. Anda akan
tahu apa artinya jika Anda sudah menderita. Anda akan memahami Alkitab, bukan
dari sekadar membaca tafsirannya. Anda jalani dalam hidup Anda dan Anda akan
tahu apa artinya. Orang-orang malang yang bergantung pada buku-buku tafsiran
sangat kesulitan untuk memahami Alkitab. Akan tetapi bila Anda jalani dalam
hidup Anda, maka makna Alkaitab sangatlah jelas, sangat mudah dipahami.
Sekarang kita mengerti mengapa Yesus menetapkan persyaratan ini. Hikmat-Nya
sungguh sempurna.
Anda mungkin
berkata, "Mengapa tidak diberikan secara gratis saja? Tanpa persyaratan
apapun? Bukankah itu yang biasanya dikhotbahkan." Dan para pengkhotbah itu
merasa bahwa mereka sudah lebih pandai daripada Allah. Mereka hanya mengutip
satu ayat: karunia Allah adalah pemberian gratis. Keselamatan adalah karunia
dari Allah. Hal itu memang sepenuhnya benar akan tetapi hanya menyentuh separuh
dari kebenarannya, karena karunia gratis itu diberikan lengkap dengan
persyaratannya. Jika saya ingin memberi Anda sebuah senjata api, tentunya
sangat tidak bertanggung jawab jika saya tidak memastikan bahwa Anda adalah
orang yang layak untuk menggunakan senjata api. Saya perlu memastikan bahwa
Anda adalah orang yang memenuhi persyaratan, baru setelah itu saya memberi Anda
senjata api tersebut secara gratis.
Atau contoh
lainnya: jika saya adalah orang yang sangat kaya, dan Anda tidak punya uang
sama sekali. Kalau saya ingin memberi Anda uang $10.000 dolar, dan saya berkata,
"Ini uang $10.000 dolar. Ambillah. Ini hadiah untukmu. Kamu tidak akan
pernah mampu mendapatkannya, tetapi sekarang aku memberikannya buatmu,"
apakah Anda berpikir bahwa saya tidak akan menetapkan persyaratan? Kalau
begitu, mengapa saya tidak menutup mata dan secara membabi-buta memberikan uang
$10.000 dolar kepada sesiapa saja. Saya perlu memastikan bahwa Anda tahu apa
yang akan Anda lakukan dengan uang yang $10.000 dolar itu, bahwa Anda akan
menggunakannya secara benar, bahwa dengan uang itu Anda tidak bergegas membeli
narkoba atau bom. Jadi karunia itu gratis akan tetapi ada persyaratan yang
terkait dengan itu. Apakah ketentuan semacam itu bukan sesuatu yang Anda
harapkan dari Allah?
Bolehkah saya
berkata kepada Anda, "Kamu bisa mendapatkan hidup yang kekal sesuka
hatimu! Mari dapatkanlah hidup yang kekal! Dan kamu boleh melanjutkan hidup di
dalam dosa dan tidak akan ada masalah. Kamu boleh meneruskan dosa-dosamu dan
hidup yang kekal itu tetap menjadi milikmu."? Tidak, Allah tidak akan
pernah melakukan hal semacam ini. Karunia dari Allah adalah hidup yang kekal.
Dia berkata, "Aku berikan padamu sebagai karunia, tetapi Aku mau
memastikan bahwa kamu tidak kembali lagi ke dalam dosa yang sebelumnya telah
membunuhmu." Hanya dengan memiliki salib di dalam hidup Anda maka
karunia yang kekal dari Allah akan tetap menjadi milik Anda dan tidak akan
hancur, atau tercemar, atau rusak oleh Anda.
Namun karena para
penginjil tidak menyampaikan hal ini, lihatlah apa yang terjadi. Begitu banyak
orang yang datang kepada Tuhan, seperti yang sudah pernah saya sebutkan, dan
dalam kurun waktu satu tahun kemudian, 70% dari mereka meninggalkan Gereja.
Dalam waktu dua tahun, mereka yang telah berkomitmen itu, atau yang seharusnya
telah menjadi Kristen dalam beberapa KKR, di manakah mereka berada setelah itu?
Periksalah daftar yang ada dan lihat berapa banyak yang masih Kristen setelah
satu tahun? Namun para penginjil itu mengira bahwa mereka lebih cerdik
ketimbang Allah, dengan cara memberitakan karunia gratisnya tanpa menyampaikan
persyaratannya. Dari 100 orang yang mengaku telah datang kepada Kristus dalam
sebuah KKR, dalam waktu tiga tahun setelahnya, Anda akan mendapati bahwa hanya
tertinggal sekitar 4% jika Anda memberitakan Injil dengan cara tidak
menyebutkan persyaratannya.
Persyaratan
dari Allah bagi hidup kekal yang gratis
Jadi, saya harap
Anda sekarang mengerti jawaban atas pertanyaan yang saya sampaikan di bagian
awal tadi. Dan Anda akan melihat hikmat Allah. Allah memberi hidup yang kekal
secara gratis kepada Anda, namun Anda harus memenuhi persyaratannya. Anda harus
berpaling dari dosa. Anda harus berpaling dari dunia yang ingin menarik Anda
kembali ke dalam dosa. Inilah pengajaran Tuhan. Bukankah hal ini menyatakan
hikmat Allah yang sempurna?
Dan terakhir, saya
bertanya kepada Anda, sudahkah Anda memenuhi persyaratannya? Allah bersedia
untuk memberikan hidup kekal-Nya secara gratis tetapi apakah Anda sudah
memenuhi persyaratannya, bahkan sekalipun Anda mengklaim diri Anda sebagai
seorang Kristen? Dan apakah Anda di dalam memikul salib itu sudah mengambil
langkah yang pertama, kemudian melanjutkan ke langkah yang kedua dan yang
ketiga?
SELESAI